Badan Standar Pendidikan Nasional Susun Parameter Baru Kelulusan Siswa

Unas Bukan Momok Lagi
Tahun depan, ujian nasional (unas) bukan lagi satu-satunya penentu kelulusan. BSNP telah menyusun empat faktor yang harus dijadikan pertimbangan bagi sekolah untuk menentukan selesainya masa studi siswa.
———–

PENOLAKAN kalangan akademis terhadap pemberlakuan ujian nasional sebagai satu-satunya penentu kelulusan siswa mulai membuahkan hasil. Pada 2007 mendatang, pemerintah akan memasukkan sejumlah faktor penentu lain yang mendamping unas.

Saat ini, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah mengusulkan kepada Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tentang parameter lain tersebut. “Kami ingin menghilangkan opini masyarakat bahwa ujian nasional adalah sesuatu yang menakutkan,” kata Suharsono, Sekretaris BSNP.

Faktor-faktor yang menjadi tolok ukur kelulusan siswa tersebut adalah penyelesaian seluruh program pembelajaran, nilai baik untuk empat hal (agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan), lulus ujian sekolah, serta lulus ujian nasional. “Empat unsur itu berdiri sendiri, bukan dirata-rata. Siswa harus berjuang keras untuk dapat lulus di empat penilaian tersebut,” kata Suharsono.

Adanya faktor baru penentu kelulusan itu juga memberi peluang kepada sekolah, khususnya guru, untuk ikut menentukan nasib ujian peserta didiknya. “Karena itu, sekolah yang menentukan seorang siswa lulus atau tidak. Apalagi, sekolah lebih mengetahui seperti apa kondisi riil siswa,” katanya.

Suharsono juga menjelaskan lebih rinci teknis penilaian terhadap siswa. Misalnya, parameter penyelesaian seluruh program pembelajaran. Menurut dia, sekolah lebih tahu berapa kali seorang siswa masuk dan berapa kali bolos. “Masing-masing sekolah mempunyai perhitungan sendiri. Apakah harus 75 persen atau 80 persen dari total pembelajaran,” tambahnya.

Demikian juga untuk kriteria kedua, yaitu memperoleh nilai baik untuk empat hal. Perlu digarisbawahi, nilai baik tidak hanya diwujudkan dalam bentuk angka. Namun juga terkait dengan perilaku siswa selama dalam masa studi. “Tentu sekolah lebih tahu tentang hal itu,” ujar Suharsono.

Dilibatkannya sekolah dalam menentukan kelulusan peserta didiknya juga dimaksudkan untuk menghapus pengebirian hak-hak guru dalam hal pengambilan keputusan terhadap proses pengajaran. Sebelumnya, unas dinilai mengesampingkan jerih payah siswa selama setahun terakhir di sekolah. Padahal disitulah terdapat rekaman penting guru tentang kondisi terakhir siswa. Guru hanya difokuskan dalam proses mengajar dengan membuat perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Tetapi, hak untuk mengevaluasi tidak diberikan dalam ujian akhir. “Dengan kebijakan yang baru, rekaman dan pantauan guru yang menentukan siswa layak lulus atau tidak,” tambahnya.

Usul BSNP tentang kriteria kelulusan tersebut telah disepakati dalam rapat kerja antara pemerintah (Depdiknas) dengan Komisi X DPR RI. Standar kelulusan tersebut akan tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) yang akan di-launching akhir bulan ini.

Setelah dilakukan uji publik, BSNP akan menyusun panduan yang diberikan pada sekolah-sekolah. Termasuk di dalamnya adalah panduan tentang standar penilaian, ujian ulangan, dan perilaku siswa.

Sebenarnya, kriteria kelulusan sudah tercantum dalam pasal 72 PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Di situ diatur mengenai petunjuk teknis rinci tentang penentuan kelulusan peserta didik dari dan oleh satuan pendidikan. “Hal itu yang belum dipahami dengan oleh sekolah-sekolah,” kata Suharsono.

Selain kriteria kelulusan, BSNP juga mengusulkan pelaksanaan unas dimajukan dari jadwal. Jika sebelumnya dilaksanakan pada rentang waktu minggu ketiga dan keempat bulan Mei, untuk 2007 akan dimajukan pada bulan April. Ini dimaksudkan untuk memberikan waktu yang lebih panjang bagi pendistribusian soal maupun pengoreksian hasil ujian.

Selain itu, pelaksanaan unas yang dimajukan diharapkan bisa menghindari penumpukan konsenstrasi siswa. “Kita positive thinking saja. Justru dengan unas di awal, maka pikiran siswa masih fresh untuk mengikuti ujian tersebut,” ujarnya